Jumat, 24 Februari 2012

Menikmati Keragaman Wisata di Kota Bunga

TOMOHON
Menikmati Keragaman Wisata di Kota Bunga
Menikmati Keragaman Wisata di Kota Bunga
KORAN JAKARTA/HARYO BRONO
Kota Tomohon yang berada pada ketinggian 700-800 dpl memiliki kualitas udara yang sejuk dengan tanah yang subur. Berbagai tanaman berbunga tumbuh subur dan menghiasi panorama yang menjadi ciri khas kota itu. Tomohon memang sejak lama terkenal sebagai produsen bunga di Sulawesi Utara.

Produk bunga dari Tomohon bahkan telah diekspor hingga mancanegara. Ketika Koran Jakarta singgah pada pertengahan Januari lalu, tampak di sepanjang jalan kota ini banyak pedagang bunga potong dalam kondisi masih segar. Bunga krisan, aster, anyelir, dahlia, ros, dan lainnya tampak dijajakan dan dapat dibeli dengan harga yang relatif murah.

Setiap tahun, pada bulan Juli, di Tomohon diadakan festival bunga yang disebut dengan Tomohon Flower Festival. Pada acara itu, diadakan kegiatan pemilihan ratu bunga dan Tomohon International Choir Competition (TICC), sebuah festival paduan suara yang diikuti oleh banyak kontestan luar negeri.

Di sebelah timur Kota Tomohon ke arah Gunung Mahawu yang datarannya lebih tinggi dari pusat kota, terdapat sentra agrowisata. Di sini penduduknya memanfaatkan ketinggian untuk bercocok tanam sayuran berhawa sejuk seperti kol, bawang daun, seledri, sawi putih, buncis, dan wortel. Tanaman sayuran yang ditanam dengan teknik terasiring dan bersusun ini menjadi pemandangan indah serta menakjubkan bagi para wisatawan.

Alternatif Lain
Selain dikenal dengan kota bunga dan sayuran, Tomohon dikenal dengan pasar dagingnya. Berbeda dengan pasar daging umumnya, pasar daging dengan nama Pasar Beriman menyediakan segala macam daging dari hewan yang biasa hingga kurang biasa, seperti daging sapi, kambing, babi, kelelawar, ular, tikus, kucing, anjing, dan kera.

"Orang Minahasa memang makan apa saja," ujar David Togas, seorang pemandu wisata resmi di sana. Daging-daging itu biasanya dibeli, baik untuk konsumsi makanan sehari-hari maupun keperluan pesta hajatan. Perayaan ulang tahun, syukuran, memasuki rumah baru, tidak lepas dari pesta dengan mengundang sanak saudara.

Biasanya orang Minahasa memasak daging dengan cara dibakar, dimasak di bambu (tinoransak, pangi), atau dimasak loba, yaitu dengan bumbu kecap manis dan gula aren. David mengatakan cara masak dengan cara dipanggang langsung dapat dilakukan di dekat pasar. Babi panggang, misalnya, dimasak dengan cara dibuang isi jeroannya.

Setelah itu, dimasukkan aneka sayuran dan dipangang dengan cara diputar. Selanjutnya, setelah masak, daging dipotong-potong dan siap dimakan. Wisatawan tentu tidak harus repot memasak dari daging ekstrem ini. Mereka yang bernyali dan ingin bertualang kuliner hingga titik ekstrem ini cukup memesan ke beberapa rumah makan di Tomohon, misalnya RM Megfra, Heng-Mien, Tinoor Jaya, Nathan, Pemandangan, Imanuel Ragey, dan Kawangkoan Ragey.

Rumah makan ini dapat dijumpai sepanjang jalan Manado-Tomohon yang memiliki kontur naik turun dan berkelok. David mengatakan dia jarang membawa wisatawan ke tempat ini. Masalahnya, tidak semua wisatawan tega melihat hewan disembelih, apalagi beberapa di antaranya tergolong hewan piaraan dan dilindungi. "Saya hanya menawarkan apakah akan ke Pasar Daging dengan segala konsukuensinya atau tidak," kata dia.

Tur Rohani
Selain mengunjungi wisata nan eksotik di Tomohon, Anda dapat melakukan ziarah rohani. Di sini terdapat kuil campuran Buddha dan Tao bernama Wihara Ekayana. Di wihara itu, terdapat beberapa patung Buddha berjejer di depannya. Ada pula patung Dewi Kwan Im yang posisinya di dalam wihara. Di tempat agak ke tengah, terdapat menara pagoda yang menjulang tinggi.

Hal itu mengingatkan kita pada bangunan rumah ibadah di kawasan pecinan dengan semarak warna-warna mencolok seperti kuning, merah, dan emas. Di sini Anda juga dapat meminta ramalan dengan cara menggerak-gerakkan dan menjatuhkan potongan bambu berisi angka dalam wadah. Angka yang jatuh dicocokkan dengan kartu ciam si yang tersedia di rak-rak sesuai dengan nomornya.

Di Wihara Ekayana agak ke bawah, terdapat patung kurakura. Di depannya terdapat roda berputar agak cepat dan berlubang di tengahnya. "Jika berhasil melempar uang melewati lubang yang berputar, harapan si pelempar akan nasib diyakini akan berhasil," ujar David menerangkan fungsi alat tersebut. hay/R-3

Keheningan di Tepi Danau

Keindahan alam Kota Tomohon memang luar biasa. Satu keindahan lain yang ada di wilayah ini adalah Danau Linow. Telaga yang memiliki luas 34 hektare itu dikelilingi oleh perbukitan sisa letusan gunung api yang membentuk kaldera. Sampai sekarang, aktivitas vulkanik di Danau Linow masih terlihat dengan jelas dengan adanya titik-titik semburan asap belerang di pinggiran danau dan di tengahnya berupa gelembung-gelembung udara dan air danaunya yang berwarna putih.

Uniknya, meski danau yang terletak Kelurahan Lahendong itu terdapat aktivitas vulkanik dengan semburan belerang yang biasanya memiliki PH asam, terdapat kehidupan ikan. Bahkan ratusan burung belibis hidup di danau itu dan mencari ikan dari air danau. Panorama sekitar Danau Linow berupa campuran hutan pegunungan, air yang berwarna putih, hijau dan biru, dan dilengkapi habitat kehidupan satwa.

Selain belibis, di danau itu terdapat aneka burung endemik yang masih terjaga kelestariannya. Alfred Sambalao, seorang pengunjung, mengatakan dia sengaja datang ke tempat itu untuk mengantarkan saudaranya dari Belanda. "Tempat ini banyak dikunjungi wisatawan karena pemandangannya sangat indah." Danau Linow sudah dikelola secara profesional. Di salah satu tepinya, terdapat kafe dengan kursi dan meja, toilet bersih, agar pengunjung dapat dengan nyaman menikmati keindahan sambil berdiskusi atau merenung.

Dengan membayar tiket masuk 25 ribu rupiah, sudah termasuk mendapatkan seduhan air teh atau kopi tergantung selera. Untuk teman minum, pengelola memberikan makanan khas bagea kanari yang terbuat dari sagu. Sambil menikmati kopi, belibis terbang berlatar belakang semburan asap belerang.

Pengunjung biasanya tidak akan lupa melewatkan kesempatan berfoto dengan latar belakang danau hijau yang indah ini. Mengabadikan diri di pinggir danau indah dan bersih adalah pilihan tepat. Kapan lagi menikmati danau indah bebas sampah dan polusi selain mengunjungi danau ini? hay/R-3

Memotret Lokon dari Jarak Dekat

Di Tomohon, masih ada lagi keindahan yang dapat dinikmati, yaitu Gunung Lokon, selain Gunung Mahawu. Gunung Lokon ini lokasinya hanya berjarak 5,3 km dari Kota Tomohon. Gunung ini memiliki ketinggian 1.580 meter dari atas laut. Sejak meletus dahsyat terakhir pada 14 Juli 2011 yang membuat sekitar 100 ribu orang mengungsi, sampai kini Lokon masih terlihat mengepulkan asap putih ke udara.

Pemandangan itu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke sana. Pemandangan Kota Tomohon pada waktu cerah dihiasi dengan kegagahan Lokon yang berada di barat laut. Jika tidak dalam cuaca mendung, cara paling tepat menikmati pemandangan Lokon adalah pada pagi hari. "Pagi hari biasanya belum ada awan seperti siang," ujar David Togas, sang pemandu wisata.

Ada lagi salah satu cara pas untuk menikmati Lokon, yaitu dari kawasan Lokon Boutique Resort. Di sini pemandangan menuju Lokon sangat dekat atau kurang dari 3 km saja ke puncak. Kepulan asap Gunung Lokon yang muncul dapat terlihat dengan jelas dari Lokon Boutique Resort. Dari posisi ini, terlihat kepulan asap Lokon berasal dari kawah sekunder yang berada di punggung gunung, bukan kawah utama yang letaknya di puncak, sehingga erupsinya disebut dengan erupsi samping.

Untuk dapat masuk ke Lokon Boutique Resort dikenakan biaya 5.000 rupiah per orang. Uang itu tidak sia-sia karena dari lokasi ini bisa didapat gambar pemandangan yang amat indah. Apalagi Lokon Boutique Resort juga merupakan lokasi penginapan dengan taman bunga dan rumput yang menghampar luas.

Fasilitas lainnya yang ada di Lokon Boutique Resort ialah jogging track, lapangan basket, kolam renang, dan lainnya. Jika ingin menginap, di Lokon Boutique Resort tersedia bermacam tipe kamar, mulai dari suite, deluxe, hingga superior. Sebagian penginapan dibuat dengan disain arsitektur rumah panggung yang merupakan ciri khas rumah adat Minahasa. hay/R-3

Eden In The East: Indonesia Pusat Peradaban Dunia


INDONESIA, SALAH SATU PUSAT PERADABAN DUNIA

Dalam perbincangan tentang peradaban tua dunia, Asia Tenggara hampir tidak pernah disebut. Kebanyakan pelajaran sejarah sekolah dan perguruan tinggi serta wacana umum selalu menyebut wilayah seperti Mesopotamia, Mesir, Sungai Indus, Tiongkok, dan Yunani sebagai cikal bakal peradaban dunia. Padahal dalam khasanah penemuan arkeologi Indonesia, banyak ditemukan aneka penemuan artefak prasejarah.

Ditemukannya kerangka manusia yang berumur jutaan tahun, seperti jenis Meganthropus paleojavanicus, Pithecantropus Erectus, dan berbagai macam homo, seperti Homo Soloensis dan Homo Wajakensis, kurang membangun teori asal usul peradaban. Sejarah selalu mencatat bahwa induk peradaban manusia modern itu berasal dari Mesopotamia, lembah Sungai Indus, China, Mesir, dan Yunani karena wilayah ini menyimpan banyak artefak dan peninggalan tertulis.

Namun, kini, tampaknya orang mulai berpikir ulang sejak kehadiran buku Atlantis karangan Arysio Nunes dos Santos yang menyebut Atlantis, yang tenggelam dengan peradaban tingginya, ada di Asia Tenggara. Buku Atlantis kini diperkuat dengan Eden In The East karangan Profesor Stephen Oppenheimer, seorang mahaguru dari Universitas Oxford Inggris. Dalam buku Eden In The East, Oppenheimer menyimpulkan bahwa Indonesia merupakan pusat peradaban dunia.

Artinya nenek moyang bangsa-bangsa di dunia ini atau induk peradaban modern sekarang ini berasal dari Indonesia dan menyebar ke seluruh penjuru Bumi. Dalam teorinya, Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa, dan Kalimantan dulu menjadi satu kesatuan dengan sebutan Sundaland. Karena mengalami banjir berkali-kali akibat melelehnya es di Kutub, wilayah ini terpisah oleh lautan.

Dalam sebuah pertemuan di LIPI, Oppenheimer mengatakan teorinya dibangun berdasarkan kajian kedokteran (DNA), geologi, linguistik, antropologi, arkeologi, dan folklore. Ilmu-ilmu ini, terutama geologi, mengemukakan alasan adanya Sundaland yang dulu bersatu. Yang pertama dikemukakan adalah naiknya permukaan air laut sebanyak tiga kali di wilayah ini antara 14.500 hingga 7.200 tahun (sebelum Masehi), yang menenggelamkan Paparan Sunda (Sundaland).

Teori ini merupakan teori umum yang sering dikemukakan para geolog. “Agak sulit untuk melihat mengapa ada beberapa penentangan terhadap konsep ini, yang sebenarnya sudah diterima oleh para geolog dan para sarjana lainnya sejak lama,” katanya. Dari kajian genetika, Oppenheimer menjelaskan dari Paparan Sunda yang terpecah ini, menyebar kehidupan menyeberang laut.

Penyebaran bukan hanya dekat di wilayah ini, namun juga ke Samudera Pasifik dan Samudera Hindia hingga ke Euroasia. Dalam pandangan Oppenheimer, orang Sumeria peletak dasar peradaban di Mesopotamia berasal dari Asia Tenggara. Kesamaan benda-benda Neolitik sekitar 7.500 tahun lalu menjadi salah satu bukti. Ciri fisik orang Sumeria yang bermuka lebar dan wajah tipikal orientalis menjadi bukti lainnya.

Teori genetikanya menyebutkan 90 persen penduduk Paparan Sunda telah ada di sana sejak 5.000 hingga 50.000 tahun lalu, bahkan beberapa di antaranya sebelum zaman es mencair dan menenggelamkan wilayah ini. “Derajat keberlanjutan genetik itu membantah pandangan ortodoks bahwa para petani padi Taiwan berbahasa Austronesia secara esensial menggantikan penduduk terdahulu dari Paparan Sunda 3.500 tahun yang lalu,” katanya.

Menurut terori sebelumnya, Sundaland belajar pertanian, peternakan dan mencari ikan dari orang-orang Taiwan yang berbahasa Austronesia sekitar 3.500 tahun yang lalu. Padahal menurut Oppenheimer, sejak ribuan tahun sebelumnya mereka telah memiliki nilai-nilai neolitik.

Oppenheimer mengatakan mereka sejak ribuan tahun lalu telah memiliki keahlian sebagai nelayan. Dari kajian linguistik yang mempelajari bahasa asli dari Sundaland, yaitu bahasa Austronesia, istilah pelayaran berasal dari Asia Tenggara, bukan dari Taiwan. Endapan Rawa Menurut Eko Yulianto, ahli geologi LIPI, apa yang dikemukakan oleh Oppenheimer memiliki bukti yang kuat dari teori geologi. Pengeborannya yang dilakukan di Laut Jawa pada kedalaman 9,7 meter menemukan adanya endapan rawa.

Diperkirakan umur endapan ini 6.000 tahun yang lalu. Di laut sebelah selatan Pulau Jawa, ia menemukan adanya fosil serbuk sari yang merupakan sisa dari tanaman jenis rumput-rumputan (graminae). Ia menduga bisa jadi serbuk sari ini merupakan berasal dari padi atau tumbuhan sejenis. Lebih lanjut, ia mengatakan teori Sundaland benar adanya karena dari kedalaman laut di wilayah terlalu dangkal jika dibandingkan dengan kedalaman laut Sulawesi, Laut Banda, Laut Aru, dan lainnya.

Kedalaman lautan di bekas wilayah Sundaland ini hanya berkisar 10-30 meter. Di daratan, teori tentang manusia purba dengan peradabannya yang tinggi bisa ditemukan di Gua Pawon di Bandung. Dari penenyam perkakas dan bahan bakunya sangat beragam, mulai dari batuan obsidian yang hanya bisa ditemukan di Nagrek, Garut atau Sukabumi.

Serta gigi ikan hiu yang hanya bisa ditemukan di laut sekitar Subang. Ini artinya mobilitas penghuni Gua Pawon sudah tinggi dan peradabannya sudah sangat maju. Dibandingkan dengan teori Atlantis, menurut Eko, Eden In The East lebih ilmiah. ”Dibandingkan dengan yang ditulis Santos dalam Atlantis, apa yang dikemukakan Oppenheimer lebih masuk akal,” ujarnya. Pasalnya, selama ini Atlantis banyak menautkan teorinya dengan bukti mitologis, dan beberapa bukti yang kurang ilmiah lainnya.

Apalagi Santos belum pernah datang ke Indonesia dalam membangun teorinya dan lebih berdasarkan studi pustaka. Hary Harjono, Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI, mengatakan teori Oppenheimer, meski mendapat banyak dukungan, perlu pembuktian lebih lanjut. Dengan berbagai teknologi yang ada sekarang, bermacam hal yang dikemukakan Oppenheimer dapat dibuktikan.

“Dengan melacak DNA dan teknologi kelautan dan berbagai macam disiplin teori dalam Eden In The East dan Atlantis, dapat dibuktikan,” jelasnya. Menurut Jimly Asshiddiqie yang sejak lama sangat menginginkan buku Eden In The East diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, jika teori yang dibangun oleh Profesor Oppenheimer benar, hal ini akan membalikkan seluruh asal usul peradaban. “Sekarang orang Jepang tidak lagi menyebut dirinya saudara tua. Kita yang saudara tua,” pungkasnya.
hay/L-1

“EDEN IN THE EAST” MENDUKUNG” ATLANTIS”

Atlantis, benua yang hilang, hingga kini masih misterius. Meskipun manusia sudah mencari sisa-sisa keberadaan kota ini selama ratusan tahun dan lebih ribuan buku mengenai Atlantis diterbitkan, sayangnya, tidak ada satu pun yang bisa memastikan di mana letak Atlantis. Jika merujuk pada pendapat Plato yang memunculkan isu Atlantis, benua ini memiliki beberapa cirri-ciri. Atlantis negara makmur yang bermandi Matahari sepanjang waktu.

Plato juga menceritakan negara Atlantis yang kaya dengan bahan mineral serta memiliki sistem bercocok tanam yang sangat maju. Dasar mandi matahari berarti Atlantis dijadikan alasan bagi para ilmuwan benua ini berada di khatulistiwa. Buku paling anyar mengenai Atlantis yang ditulis oleh Arysio Nunes dos Santos, seorang ilmuwan Brasil, juga mengarah ke sana. Dalam bukunya, Atlantis, The Lost Continent Finally Found, Santos ingin menunjukkan bahwa Atlantis yang pernah disebutkan oleh Plato dalam buku Timaeus dan Critias berada di Indonesia yang bermandikan surya.

Ia mengatakan Atlantis benua yang hilang itu berada di wilayah Indonesia dan sebagian Malaysia yang dikenal dengan Paparan Sunda atau Sundaland. Santos, dalam kesimpulannya, mengatakan pilar Hercules sebagai Selat Sunda dan Taprobane sebagai benua Atlantis meliputi Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. Pilar Hercules dan Taprobane adalah dua di antara ciri-ciri Atlantis yang hilang seperti diceritakan oleh Plato.

Dalam konteks Paparan Sunda, Taprobane digambarkan kaya dengan emas, batu mulia, dan berbagai macam binatang. Di sini pula terdapat kota langka tempat ibu kota Kerajaan Atlantis. Sejauh ini memang Atlantis masih misterius, baik letak maupun keberadaannya. Ada yang berpendapat benua yang hilang ini berada di Laut Tengah antara Libia dan Turki. Ada juga yang mengatakan Atlantis berada di dekat Portugal, yaitu Kepulauan Azores yang berada 1.500 km sebelah barat pantai Portugal.

Santos mengatakan Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan dari India bagian selatan, Sri Lanka, dan Paparan Sunda. Dalam keyakinannya, benua menghilang akibat letusan beberapa gunung berapi yang terjadi bersamaan pada akhir zaman es sekitar 11.600 tahun lalu. Gunung besar yang meletus zaman itu adalah Gunung Krakatau Purba.

Gunung ini merupakan induk dari Gunung Krakatau sekarang ini yang mampu menenggelamkan Atlantis. Gunung ini menimbulkan gempa, pencairan es, banjir, serta gelombang tsunami sangat besar. Akibat ledakan, terbentuklah Selat Sunda. Peristiwa itu juga mengakibatkan tenggelamnya sebagian permukaan Bumi yang dulu disebut Atlantis. Bencana mahadahsyat membuat punah 70 persen spesies mamalia yang hidup pada masa itu.

Bahkan ribuan manusia tewas dan sisanya berpencar dengan membawa peradaban mereka di wilayah baru. Santos menelusuri lokasi Atlantis berdasarkan pendekatan ilmu geologi, astronomi, paleontologi, arkeologi, linguistik, etnologi, dan mithologi meski ia tidak pernah datang ke Indonesia. Santos juga membangun teori berdasarkan linguistik dari bahasa Dravida yang menurut teorinya merupakan bahasa yang digunakan penduduk Atlantis berdasarkan temuan linguistik dan arkeologi.

Kini, dengan buku baru karangan Stephen Oppenheimer, Eden in The East, paparan Santos mendapat argumentasi kuat meski Oppenheimer tidak bertutur tentang Atlantis. Buku Eden in The East, berdasarkan isinya, tampak mendukung teori yang dikemukakan Santos yang menyebutkan Asia Tenggara sebagai pusat peradaban kuno dunia dan Atlantis yang hilang berada di Paparan Sunda lewat beberapa teori DNA, linguistik, etnografi , dan arkeologi.
hay/L-1