Kamis, 24 Mei 2012

Dongkrak Pamor "Online" Lokal

Dongkrak Pamor "Online" Lokal


Rabu, 11 April 2012


Untuk itulah saatnya sekarang diperlukan pengembangkan bisnis on line berbasis lokal. Sedangkan modalnya sudah tersedia yakni orang-orang kreatif yang berkecimpung dalam industri informasi dan telekomunikasi digital. Bahkan, bisa dikatakan sekarang ini negeri ini dipenuhi dengan orang-orang kreatif dari bermacam kategori dan hasil karya.

Dalam industri, konten digital developer Indonesia diburu oleh investor, startup atau perusahaan mapan. Sebabnya, kreativitas dan kemampuan mereka cukup baik. Perusahaan over the top (OTT) seperti Google dan RIM bahkan banyak diisi orang-orang Indonesia.

Atas daya kreatif orang-orang Indonesia menurut Danny Oie Wirianto pediri Mindtalk.com, banyak startup asing mencari developer lokal untuk mengembangkan usaha mereka. Mereka mencari SDM unggul dalam startup untuk menjadi co-founder.

Di Indonesia sendiri beberapa start up lokal telah berhasil dalam bisnis on line mereka dan meraup kuntungan. Sebut saja seperti Kaskus, Tokobagus, Urbanesia, Sendokgarpu, NgaturDuit, Lintasberita dan lainnya. Start up lokal Koprol bahkan sukses diakuisisi oleh Yahoo.

Startup lokal yang ada berupa portal berita umum, berita spesifik seperti kuliner, portal blog, info pendidikan dan buku, situs pertemanan, e-commerce dengan fitur baru semacam diskon atau sistem lelang, info video streaming, antivirus, layanan musik, game lokal, adsense lokal, dan masih banyak lagi.

Namun, tidak semua perusahaan pemula lokal menuai kisah sukses. Banyak yang bertumbangan menghadapi keadaan yang tidak ramah. "Saya harus berdarah-darah ketika memulai," kata ujar Rama Mamuaya Pelaku Industri TIK, pendiri Dailysocial.

Rama menuturkan ketika disamping harus membangun program aplikasi ia juga harus memasarkannya dengan merekrut pemasar. Modal pas-pasan, pengalaman yang kurang dan stigma yang menilai bisnis startup tidak memiliki masa dan lebih baik bekerja di perusahaan mapan adalah hal biasa.

Dalam membangun rintisan di internet memang bukan hanya harus kreatif dan pintar memilih co founder dan pemasaran. Lebih dari itu perlu strategi agar bisa bertahan dari kebangkrutan harus dipelajari.

Masalah yang dihadapi para starup adalah kondisi yang kurang kondusif bagi perkembangan aplikasi lokal. Mereka tidak memiliki dukungan perbankkan bagi usaha mereka disamping regulasi yang lemah. "Kondisi kita chaos," ujar Romi Satrio Wahono, pengamat industry dan juga CEO Brainmatics.

Romi mengatakan dulu ia sangat susah mendapatkan pinjaman dari bank untuk usahanya. Startup dinilai bank tidak bankable. Kalau tidak dengan BPKB mobil atau rumah bank tidak akan mau member pinjaman.

Namun sekarang, kondisinya lain. Setelah sukses seperti sekarang banyak bank menawarkan pinjaman ke Romi. Banyak bank menawarinya dengan nilai 500 sampai 1 miliar ketika 4 start up nya di Google adsense pengunjungnya telah mancapai 400 ribu per hari. "Saya tidak butuh jumlah segitu sekarang kalau mau pinjami saya 1 triliun," katanya.

Dukungan dari pemerintah juga belum dirasakan para startup. Mereka masih saja belum mendapatkan iklim yang baik untuk berusaha. Koneksi internet yang lambat, kebijakan yang belum mendukung dan regulasi yang lemah, ketiadaan akses pada dunia perbankan adalah hambatan yang dialami oleh para startup.

Fasilitasi "Start Up"
Menanggapi hal ini Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo Ashwin Sasongko, mengatakan pemeritah telah berusaha memberikan fasilitas bagi para start up. Di Cimahi dibangun Baros Ciber City, Bandung Digital Walley, dan membangun Pusat Komunitas Kreatif di Lombok dan Lamongan dengan dukungan pemda setempat.

Untuk daerah Bandung Digital Valley, para start up mendapatkan proses inkubasi selama 6 bulan. Tujuannya untuk mempersiapkan berbagai aspek dari bisnis yang akan dijalankan para pelaku bisnis start up dengan pedidikan dan pelatihan.

Di sini para start up juga akan mendapatkan berbagai fasilitas seperti 20 meja kerja, meeting room, gadget room, 4 server dengan RAM 128 GB, koneksi internet dengan bandwidth 10 MB, gadget test dengan beragam OS seperti Ipad, Iphone, Blackberry, Android, Mac PC, Nokia Lumia, platform, portal, dan developer's tools.

"Kominfo mempromosikan para pemenanga Lomba ICT Award (INAICTA) untuk diikutkan dalam ajang kejuraan yang lebih tinggi yaitu tingkat Asean," kata Ashwin dalam pembukaan Inaicta Award 2012 di Jakarta Selasa (10/4).

Dikatakan dukungan yang dilakukan Kominfo juga harus didukung kementrian lain. Sesuai dengan rahan presiden Kementerian Keuangan diminta untuk memberikan peluang pada akses perbankan secara lebih mudah.

Dukungan pemerintah pada paras starpup lokal dinilai masih kurang. Pemerintah diminta membuat regulasi yang dapat melingdungi para startup lokal dari serbuan startup asing yang sudah melau pintar memasukan konten lokal dalam aplikasinya.

Romi mengatakan di tengah pedagangan bebas seperti sekarang ini pemeritah harus pintar-pintar melindungi industri startup lokal. Caranya dengan tidak melanggar aturan WTO misalnya dengan membuat aturan harus berbahasa Indonesia, menggunakan 50 persen sumber daya manusia lokal dan lainnya. "Proteksinya harus cantik, tidak melanggar perdagangan bebas," katanya.

Ashwin mengatakan soal aturan yang dapat melindungi para startup lokal dan e-commerce sekarang ini pemerintah masih mengggodok dan memang masuk dalam Rancangan Peraturan Pemerintah ITE. Sekarang ini aturan ini sedang dalam tahap harmonisasi di Kemenkumham.

Dalam aturan ini disebutkan para penyedia layanan aplikasi on line asing diharuskan mendaftarkan nama domain dan juga membuka data center di Indonesia. Aturan ini diharapkan dapat membantu melindungi para startup disamping memberikan kemudahan pada pengguna. hay/E-12

Ditulis oleh Haryo Brono di Koran Jakarta

Dorong "Startup" Pahami Bisnis Internet



Aplikasi "Online" l Perlu Dukungan Pemerintah dan Sektor Swasta
Dorong "Startup" Pahami Bisnis Internet


Salah satu karya kelas dunia yang dibuat anak Indonesia adalah Travelisa milik Kristiono Setyadi dan Panggi Libersa Jasri Akadol, co founder Sukeru Teknologi. Karya keduanya berhasil menjadi 10 besar dalam ajang International Space Apps Challenge oleh lembaga antariksa dan penerbangan AS, NASA. Travelisa mesti bersaing dengan berbagai karya dari 24 negara di dunia.

Sebelumnya, Travelisa adalah pemenang Jakarta's Space Apps Challenge hasil kerja sama NASA dan Kedutaan Besar AS di Jakarta. Travelisa merupakan aplikasi untuk para wisatawan. Pelancong tidak perlu mencatat perjalanannya ke mana saja karena aplikasi itu akan memberikan peta dan catatan jalur yang dilalui, moda tranportasi yang dipakai, jejak karbon, dan semua dampak bagi lingkungan. "Temanya dari NASA, kita tinggal mikir idenya," ujar Panggi.

Bagi wisatawan, aplikasi Travelisa, selain merekam sejarah perjalanan, membantu kita mencari cara yang paling efi sien ketika memilih jalur dan angkutan. Menurut Panggi, aplikasi yang bisa berjalan di Android dan iPad itu kini sedang dinilai NASA untuk dibuat peringkat dengan karya lain.

Aplikasi lain yang kini sudah dapat dinikmati di online adalah Ngomik.com. Ngomik.com yang dapat berjalan di sistem operasi Android dan BlackBerry merupakan aplikasi berupa digital komik atau digital comic publishing platform.

Penggemar komik tentu saja sangat dimanjakan dengan aplikasi ini. Mereka cukup membuka laman Ngomik.com, 5.140 judul komik dapat dibaca dan dilihat. Setiap komik untuk segala umur ini memiliki karakter dan kelebihan sendiri. "Idenya dari banyaknya penggemar komik di Indonesia. Tapi komik yang ada rata-rata komik luar," ujar Muhammad Subair, pendiri aplikasi Ngomik. com.

Lantaran ingin memajukan komik Indonesia, ia membuat aplikasi tempat para komikus memajang karyanya. Kini, setiap hari, 150 anggota baru telah terdaftar, dan jika ditotal, telah ada 40.000 anggota sampai saat ini. Travelisa dan Ngomik.com adalah salah satu contoh aplikasi yang kini menuai prestasi dan sukses.

Masih banyak ribuan aplikasi sejenis yang memiliki kualitas kelas dunia, tapi kurang publikasi sehingga karya mereka belum muncul. Menurut Rusdianto, Ketua Microsoft Users Group Indonesia (MUGI) Jabodetabek, developer saat ini jumlahnya banyak. Mereka menghasilkan karya yang memiliki kualitas tinggi. Karya para anggota Komunitas MUGI sudah masuk ke bermacam aplikasi bergerak, seperti karya Animal Sound milik Abdullah.

Sayangnya, aplikasi itu belum mendapatkan kompensasi materi apa-apa meski untuk membuatnya dibutuhkan keringat dan pemikiran yang perlu dihargai. Abdullah mengaku memang memberikan gratis aplikasinya untuk mendapat nama dulu. Agar tidak semua "kerja bakti", tentu saja para startup dan developer konten itu tidak terus dibiarkan berkarya tanpa mendapatkan imbalan. Supaya dapat berkelanjutan (sustainable), mereka juga harus bisa unggul dan berpretasi seperti halnya Google, Youtube, dan Skype.

Para startup memang selama ini belum dapat menggantungkan hidup pada hasil karyanya. Padahal untuk membuat aplikasi berjalan di online, mereka membutuhkan biaya operasi bulanan untuk server dan listrik yang tidak murah. Ngomik.com yang berjalan di cloud adalah salah satu startup yang berhasil menutup ongkos operasi yang ditaksir 1,8 juta rupiah per bulan dengan barter iklan dari perusahaan penyedia cloud.

Laman aplikasinya dihiasi dengan layanan komputasi awan. Bukan hanya itu, 122 komik premiumnya juga telah menghasilkan uang meski terbilang masih kecil. Model bisnisnya bagi keuntungan dari hasil potong pulsa dengan operator, Tekomsel dan XL, yakni 60 persen untuk operator dan 40 persen untuk komikus.

Dukungan ICT
Ngomik.com bisa bertahan meski banyak aplikasi sejenis telah rontok. Menurut Dedi Irianto, masalahnya, para startup dan developer yang jagoan dalam aplikasi ternyata tidak pandai menjual karya mereka dan tidak dekat dengan media.

Oleh karena itu, menurut Dedi, seorang developer perlu bekerja sama dengan media dan orang yang mengerti bisnis agar bisa sukses. "Keduanya perlu 'kawin' agar berhasil," ujar dia. Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemenkominfo, Ashwin Sasongko, mengatakan pemerintah akan membantu para startup dalam bentuk fasilitas seperti server dan tempat bagi para startup.

Dananya diperoleh dari Information and Communication Technology (ICT) Fund. Pembangunan Baros Ciber City, Bandung Digital Walley, serta Pusat Komunitas Kreatif di Lombok dan Lamongan adalah bentuk dukungan bagi para startup. Tapi Kemenkominfo tidak dapat berjalan sendiri.

Kemenkominfo perlu dukungan kementerian lain dan pihak sektor usaha. Meski minim fasilitas, di seluruh Indonesia kini para startup dan developer aplikasi dan konten rajin berkumpul untuk berbagi pengalaman dan tip untuk mencari terobosan. Di Yoyakarta, ada wadah bernama Sunday Sonten, yakni sebuah wadah diskusi agar dapat sukses dari segi karya dan bisnis. hay/E-6




Ditulis oleh Haryo Brono di Koran Jakarta