Kamis, 24 Mei 2012

Dorong "Startup" Pahami Bisnis Internet



Aplikasi "Online" l Perlu Dukungan Pemerintah dan Sektor Swasta
Dorong "Startup" Pahami Bisnis Internet


Salah satu karya kelas dunia yang dibuat anak Indonesia adalah Travelisa milik Kristiono Setyadi dan Panggi Libersa Jasri Akadol, co founder Sukeru Teknologi. Karya keduanya berhasil menjadi 10 besar dalam ajang International Space Apps Challenge oleh lembaga antariksa dan penerbangan AS, NASA. Travelisa mesti bersaing dengan berbagai karya dari 24 negara di dunia.

Sebelumnya, Travelisa adalah pemenang Jakarta's Space Apps Challenge hasil kerja sama NASA dan Kedutaan Besar AS di Jakarta. Travelisa merupakan aplikasi untuk para wisatawan. Pelancong tidak perlu mencatat perjalanannya ke mana saja karena aplikasi itu akan memberikan peta dan catatan jalur yang dilalui, moda tranportasi yang dipakai, jejak karbon, dan semua dampak bagi lingkungan. "Temanya dari NASA, kita tinggal mikir idenya," ujar Panggi.

Bagi wisatawan, aplikasi Travelisa, selain merekam sejarah perjalanan, membantu kita mencari cara yang paling efi sien ketika memilih jalur dan angkutan. Menurut Panggi, aplikasi yang bisa berjalan di Android dan iPad itu kini sedang dinilai NASA untuk dibuat peringkat dengan karya lain.

Aplikasi lain yang kini sudah dapat dinikmati di online adalah Ngomik.com. Ngomik.com yang dapat berjalan di sistem operasi Android dan BlackBerry merupakan aplikasi berupa digital komik atau digital comic publishing platform.

Penggemar komik tentu saja sangat dimanjakan dengan aplikasi ini. Mereka cukup membuka laman Ngomik.com, 5.140 judul komik dapat dibaca dan dilihat. Setiap komik untuk segala umur ini memiliki karakter dan kelebihan sendiri. "Idenya dari banyaknya penggemar komik di Indonesia. Tapi komik yang ada rata-rata komik luar," ujar Muhammad Subair, pendiri aplikasi Ngomik. com.

Lantaran ingin memajukan komik Indonesia, ia membuat aplikasi tempat para komikus memajang karyanya. Kini, setiap hari, 150 anggota baru telah terdaftar, dan jika ditotal, telah ada 40.000 anggota sampai saat ini. Travelisa dan Ngomik.com adalah salah satu contoh aplikasi yang kini menuai prestasi dan sukses.

Masih banyak ribuan aplikasi sejenis yang memiliki kualitas kelas dunia, tapi kurang publikasi sehingga karya mereka belum muncul. Menurut Rusdianto, Ketua Microsoft Users Group Indonesia (MUGI) Jabodetabek, developer saat ini jumlahnya banyak. Mereka menghasilkan karya yang memiliki kualitas tinggi. Karya para anggota Komunitas MUGI sudah masuk ke bermacam aplikasi bergerak, seperti karya Animal Sound milik Abdullah.

Sayangnya, aplikasi itu belum mendapatkan kompensasi materi apa-apa meski untuk membuatnya dibutuhkan keringat dan pemikiran yang perlu dihargai. Abdullah mengaku memang memberikan gratis aplikasinya untuk mendapat nama dulu. Agar tidak semua "kerja bakti", tentu saja para startup dan developer konten itu tidak terus dibiarkan berkarya tanpa mendapatkan imbalan. Supaya dapat berkelanjutan (sustainable), mereka juga harus bisa unggul dan berpretasi seperti halnya Google, Youtube, dan Skype.

Para startup memang selama ini belum dapat menggantungkan hidup pada hasil karyanya. Padahal untuk membuat aplikasi berjalan di online, mereka membutuhkan biaya operasi bulanan untuk server dan listrik yang tidak murah. Ngomik.com yang berjalan di cloud adalah salah satu startup yang berhasil menutup ongkos operasi yang ditaksir 1,8 juta rupiah per bulan dengan barter iklan dari perusahaan penyedia cloud.

Laman aplikasinya dihiasi dengan layanan komputasi awan. Bukan hanya itu, 122 komik premiumnya juga telah menghasilkan uang meski terbilang masih kecil. Model bisnisnya bagi keuntungan dari hasil potong pulsa dengan operator, Tekomsel dan XL, yakni 60 persen untuk operator dan 40 persen untuk komikus.

Dukungan ICT
Ngomik.com bisa bertahan meski banyak aplikasi sejenis telah rontok. Menurut Dedi Irianto, masalahnya, para startup dan developer yang jagoan dalam aplikasi ternyata tidak pandai menjual karya mereka dan tidak dekat dengan media.

Oleh karena itu, menurut Dedi, seorang developer perlu bekerja sama dengan media dan orang yang mengerti bisnis agar bisa sukses. "Keduanya perlu 'kawin' agar berhasil," ujar dia. Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemenkominfo, Ashwin Sasongko, mengatakan pemerintah akan membantu para startup dalam bentuk fasilitas seperti server dan tempat bagi para startup.

Dananya diperoleh dari Information and Communication Technology (ICT) Fund. Pembangunan Baros Ciber City, Bandung Digital Walley, serta Pusat Komunitas Kreatif di Lombok dan Lamongan adalah bentuk dukungan bagi para startup. Tapi Kemenkominfo tidak dapat berjalan sendiri.

Kemenkominfo perlu dukungan kementerian lain dan pihak sektor usaha. Meski minim fasilitas, di seluruh Indonesia kini para startup dan developer aplikasi dan konten rajin berkumpul untuk berbagi pengalaman dan tip untuk mencari terobosan. Di Yoyakarta, ada wadah bernama Sunday Sonten, yakni sebuah wadah diskusi agar dapat sukses dari segi karya dan bisnis. hay/E-6




Ditulis oleh Haryo Brono di Koran Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar