Rabu, 15 Desember 2010

Mengurangi Emisi Kendaraan dengan Kotak Pembersih Sederhana

   

  




Senin, 13 Desember 2010


Gas buang dari hasil pembakaran kendaraan bermotor merupakan faktor penyebab polusi yang paling dominan, terutama di kotakota besar. Hal itu dikarenakan penggunaan kendaraan bermotor di kota-kota besar jauh lebih besar dibandingkan dengan perdesaan. Lazim diketahui pertambahan jumlah kendaraan bermotor akan berpengaruh signifikan terhadap kadar gas buang atau emisi yang dihasilkan dari bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan-kendaraan tersebut. Setiap kendaraan bermotor umumnya menghasilkan gas sulfur dioksida (SO2), nitrogenoksida (N2O), nitrogenmonoksida (NO), karbondioksida (CO2), karbonmonoksida (CO), hidrokarbon (HC), dan timbal (Pb) dalam jumlah yang bisa dikatakan tidak sedikit.

Gas-gas itu tergolong sebagai gas emisi yang berdampak buruk bagi lingkungan serta mengganggu kesehatan manusia. Apabila gas-gas sisa hasil pembakaran kendaraan bermotor itu terhirup pernapasan, manusia pun akan mengalami pusing, mata pedih, gangguan reproduksi pada pria dan gangguan pada paruparu. Selain itu emisi juga dapat menyebabkan penurunan kecerdasan pada anak dan penyakit infeksi saluran pernapasan atas. Dampak buruk gas buang terhadap kesehatan itu menimbulkan keprihatinan dalam diri Muhammad Imam Muhtar Sidik dan Agustina Slamet.

Kedua pelajar SMKN 2 Depok, Sleman, Yogyakarta itu pun tergerak untuk berinovasi membuat alat sederhana penyerap emisi. Pada prinsipnya, alat tersebut dibuat untuk mengurangi kadar gas buang pada saat kendaraan berhenti atau statis. Sebagai contoh, kendaraan tengah diperbaiki di bengkel dan mesin kendaraan tengah diuji coba oleh montir. Hal yang menjadi persoalan, ketika mesin motor diuji coba, asap kendaraan akan berputarputar di sekitar lokasi uji coba atau bengkel.

Menurut Imam kondisi tersebut sangatlah berbahaya mengingat sangat tingginya kadar polutan yang terkandung dalam asap hasil pembakaran kendaraan tersebut. Bisa dibayangkan, seorang mon tir yang sehari-harinya bekerja di bengkel dan berhadapan dengan banyak kendaraan bermotor akan terpapar emisi, salah satunya emisi karbon dalam jumlah besar. Oleh karena itu, kata Imam, dia bersama Agustina mencoba mengembangkan alat pengurang emisi yang dapat diaplikasikan di bengkel-bengkel.

Imam mengklaim, pengaplikasian perangkat pengurang emisi hasil kreasi dirinya dengan rekannya itu akan mendatangkan beberapa manfaat, di antaranya dapat mengurangi efek pemanasan global, mewujudkan bengkel ramah lingkungan, melindungi montir, khususnya dan masyarakat pada umumnya dari bahaya gas buang. Alat yang diberi nama “kotak pembersih emisi” itu bekerja berdasarkan prinsip penyerapan, yaitu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan, maupun gas terikat pada suatu zat penyerap.

Imam dan Agustina pun lantas memilih bahan penyerap berupa oli bekas, arang aktif, dan zeolit untuk mengikat emisi. Bahan-bahan itu dimasukkan ke dalam tiga kotak tertutup yang berbeda-beda.

Tiga Fase

Proses penyaringan gas buang dilakukan dalam tiga fase. Fase pertama, gas buang dari knalpot kendaraan bermotor disalurkan ke dalam tabung pertama yang berisi oli bekas. Proses itu dibantu dengan kipas yang diletakkan sebelum tabung. Tujuannya, untuk memperlancar proses penyaluran emisi ke dalam tabung berisi oli.

“Emisi akan turun ke oli dengan bantuan gravitasi gas buang,” jelas Agustina. Lebih jauh siswi kelas 12 jurusan Mesin itu menerangkan pada fase pertama tersebut oli bekas akan menyerap timbal yang merupakan gas hasil pembakaran kendaraan bermotor. Selanjutnya, pada fase kedua gas buang akan masuk ke dalam kotak tertutup berisi arang aktif dari batok kelapa. Arang aktif pun akan menjerap sulfurdioksida, nitrogenoksida, nitrogenmonoksida, karbondioksida, karbonmonoksida, dan hidrokarbon.

Arang aktif dikenal berdaya serap tinggi karena memiliki permukaan yang luas. Satu gram arang aktif memiliki permukaan seluas 500 meter persegi. Jadi, pengisian tabung dengan beberapa kilogram arang aktif dinilai mampu menyerap senyawa-senyawa penyebab polusi yang terkandung di dalam bahan bakar kendaraan bermotor. Selain kotak berisi oli bekas dan arang aktif, ada pula kotak yang berisi batuan zeolit.

Zeolit merupakan batuan yang memiliki pori-pori berukuran kecil sehingga dapat memisahkan atau menyaring molekul. Pada proses itu zeolit akan mengikat arang aktif yang terbawa bersama dengan emisi ketika masuk pada tabung kedua. Batuan itu juga dapat mengikat arang aktif karena sifatnya yang mudah melepas kation atau ion bermuatan positif dan diganti dengan kation lain. Sebagai contoh, melepas natrium kemudian ion tersebut diganti oleh kalsium.

Berdasarkan hasil uji coba perangkat pengurang emisi yang diaplikasikan pada motor Honda Su pra X 125, diketahui terjadi penururan kadar emisi secara signi fi kan. Ketika motor tidak dilengkapi alat penyaring emisi, kadar gas karbonmonoksida mencapai 3,29 persen dan kadar gas karbondioksida men capai 2,16 persen. Adapun kadar hidrokarbonnya mencapai 3033 part per million (ppm) dan tidak ada kandungan air.

Sementara itu, motor yang telah dilengkapi kotak pembersih emisi menghasilkan 0,68 persen karbonmonoksida, 0,43 persen karbondioksida, hidrokarbon sebesar 671 ppm, dan air sebanyak 19,64 persen. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan uji coba pada motor Honda Vario keluaran tahun 2008 dan Yamaha Fiz R. Dari penelitian yang dilakukan kedua inovator remaja itu diperoleh kesimpulan, pada Honda Supra X 125 terjadi penurunan emisi karbonmonoksida hingga 79,3 persen, karbondioksida 83,52 persen, dan hidrokarbon sebanyak 77,88 persen.

Sementara Honda Vario 2008 mengalami penurunan karbonmo noksida sebesar 76,9 persen, karbondioksida 62,9 persen, dan hidrokarbon 51,23 persen. Pada Yamaha Fiz R, penurunan karbonmonoksida mencapai 41,2 persen, karbondioksida 41,28 persen, dan hidrokarbon sebesar 44,89 persen. “Kemampuan kotak pembersih emisi dalam menyerap gas-gas buang, semisal karbondioksida terbilang cukup baik.

Hal itu bisa dibandingkan dengan mengacu pada standar emisi karbondioksida yang diperbolehkan ialah 2,50 persen,” kata Imam. Finalis Lomba Karya Ilmiah Remaja Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu menambahkan, secara ekonomi pembuatan satu kotak pembersih emisi yang dapat menampung lima knalpot sekaligus itu terbilang murah, hanya 129 ribu rupiah. Biaya yang relatif murah tersebut dikarenakan semua bahan untuk membuat perangkat berasal dari barang-barang bekas.
hay/L-2
Ditulis oleh Haryo Brono/Koran Jakarta

1 komentar: