Rabu, 17 November 2010

Mobil Hemat BBM ala Mahasiswa

10 May 2010

Berbekal satu liter bensin, tiga mobil ciptaan mahasiswa ITB bisa menempuh jarak hingga 200 km. Namun, hingga saat ini, tim muda tersebut masih terus berupaya menemukan formula terbaik agar mobil ciptaan mereka bisa lebih hemat BBM lagi.
Dunia otomotif saat ini masih sangat bergantung pada energi fosil. Meski banyak upaya dilakukan untuk mencari penggantinya, seperti penggunaan tenaga surya, bioetanol, atau biogas, kebergantungan pada energi fosil masih sangat tinggi.

Lantaran masih belum bisa meninggalkan energi tersebut, upaya penghematan merupakan pilihan yang tidak bisa dihindari. Meski begitu, penggunaan energi fosil yang boros harus dicari jalan keluarnya karena tidak ramah lingkungan. Borosnya konsumsi bahan bakar ditengarai karena pembakaran mesin belum berjalan sempurna, sehingga banyak energi terbuang percuma lantaran tidak efisiennya pembakaran dan kurangnya teknologi sensor pembakaran.

Bukan hanya masalah mesin, penggunaan material besi dan tongkrongan mobil yang besar membuatnya menjadi berat. Diperlukan mesin dengan kapasitas besar agar mobil mampu berjalan sesuai harapan. Namun, pada dasarnya, ada beberapa faktor yang mesri diperhatikan agar kendaraan bisa irit bahan bakar. Faktor itu, menurut Djoko Suharto, dosen Fakultas Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB), antara lain terkait hambatan angin, bahan material bodi, dan rangkanya yang ringan. Juga menyangkut gaya gesek pada poros roda, mesin dan roda yang harus dikurangi, dan melakukan modifikasi pada mesin.

Nah, keikutsertaan mahasiswa ITB dalam Shell Eco-Marathon- sebuah ajang untuk mencari kendaraan hemat BBM-sepertinya bisa menjadi inspirator dan pijakan bagi dunia otomotif di Tanah Air? Tiga mobil konsep yang mereka perkenalkan bisa menjadi cerminan betapa kendaraan saat ini begitu boros energi. Ketiga mobil konsep mahasiswa itu yakni Rajawali, Heave-Exia, dan Cikal, terbilang irit ketimbang mobil-mobil yang ada di jalanan saat ini. Bukan hanya karena bentuknya yang mungil dan bodinya yang aerodinamis. Perubahan pada material dan komponennya dengan teknologi terkini membuat ketiga mobil tersebut bisa menghemat energi.

Jika dibandingkan dengan mobil-mobil yang brseliweran di jalan-jalan Ibu Kota, tentu saja buah karya anak-anak muda ITB tersebut jauh di atas. Dalam sebuah percobaan, dengan satu liter BBM, Toyota Avanza bisa menempuh jarak 10,75 hingga 14,87 km.

Sedangkan Rajawali buatan anak-anak Teknik Mesin dan Teknik Material ITB, dengan satu liter BBM dapat menempuh perjalanan sejauh 120 km. Dikatakan Ananta Bagas, Manajer Tim Rajawali, mobilnya masih kalah jauh dari Sapu Angin buatan Institut Teknologi Surabaya yang diluncurkan |.ii ici.n i lalu.

Sementara kompetitor Rajawali dalam ajang Shell Eco-Marathon dikabarkan dapat menempuh perjalanan hingga seribu km hanya dengan satu liter bensin. "Kekurangan kita waktu itu masih konsentrasi pada mesin, belum sampai bodi," ucap Bagas. Rajawali sendiri ditergetkan dapat menempuh jarak 1.000 km lebih hanya dengan satu liter bensin agar mampu berkompetisi dengan pesaing di ajang yang diikuti banyak mahasiswa dari banyak negara di Sirkuit Sepang Malaysia, Juli nanti.

Rajawali yang dikendarai dalam posisi terlentang ini memiliki panjang 2,7 meter, lebar 0,75 meter, dan tinggi 0,75 meter, dengan berat kosong 50 kg. Bisa sedemikian ringan karena bodi kendaraan tersebut dibuat dari serat karbon.

Jika dilihat lebih jauh, bentuk bodi mobil tersebut mirip kecebong, yaitu bagian ekornya mengecil. Bodinya sengaja dibuat seperti itu agar aero drag atau hambatan anginnya semakin rendah. Namun, hingga saat ini, soal bobot masih menjadi perhatian utama, sehingga tim terus melakukan uji coba untuk mencariyang paling pas.

Sedangkan mesinnya, mobil beroda tiga ini memanfaatkan mesin pemotong rumput dengan kapasitas 35 cc. Karena masih belum puas dengan hasil uji coba, tim pun mengubah mesinnya menjadi sistem injeksi Electronic Control Unit (ECU) agar bahan bakarnya, yakni jenis Shell 95, dapat lebih irit.

Kurangi Gesekan

Sementara itu, agar mampu menggelinding pada as roda digunakan bearing keramik merek SKF. Bola-bola bearing yang terbuat dari keramik ini dipercaya dapat mengurangi gaya gesek hingga 40 persen.

Bukan hanya pada bearing teknologi terkini yang diadopsi untuk mengurangi koefisiensigesek, untuk rodanya menggunakan jenis Michelin. Roda dengan ukuran 20 inci ini dinilai memiliki koefisien hambatan gelinding yang rendah, yakni hanya 0,00081 atau 13,5 persen lebih rendah dari ban sepeda.

Selain Rajawali, tim ITB lainnya ialah Heave Exia. Kendaraan tersebut lebih irit lagi karena mampu menembus 200 km untuk satu liter bahan bakarnya. Namun, menurut manajer tim Elingselasri, prestasi tersebut masih belum memuaskan mereka. "Kami akan sedikit melakukan perubahan pada bodi mesin agar dapat menembus angin dan semakin irit," terang dia.

Untuk bagian bodinya, tim berencana menyempurnakan bentuk dan kehalusan permukaannya. Sedangkan pada mesin, mereka masih memodifikasi karburatoragar tetesannya lebih irit lagi.

Eling mengatakan pada dasarnya teknologi Heave sama seperti Rajawali, yakni kendaraan prototipe beroda tiga dengan satu penumpang. Bedanya, pada bodi Heave memiliki panjang 3,1 meter, lebar 0,75 meter, dan tinggi 0,77 meter.

Bodi Heave yang juga dibuat mirip kecebong diharapakan mampu menembus angin dengan sempurna. Memang, agar kompetitif, Heave didesain dengan bentuk aerodinamis dan menggunakan struktur bahan ringan.

Tidak mau kalah dengan Rajawali, Heave memiliki aneka material yang dapat membuat mobil mampu menggelinding menembus angin.

Bahkan mobil ini ditambah material bambu yang ringan padabahan serat karbonnya.

Berbeda dengan Rajawali, Heave menggunakan mesin motor Kanzen berkapasitas 80 cc dengan bahan bakar etanol. Sesuai persayaratan, mobil ini memang dirancang untuk mengonsumsi bahan bakar etanol 100 persen.

Untuk bearing-nya, Heave juga menggunakan keramik dari NSK Jepang, sesuai dengan ukuran mesin dan poros as. mereka juga menggunakan ban Michelin ukuran 18 inci, atau dua inci lebih kecil dari Rajawali.

Konsep urban

Jika Rajawali dan Heave Exia mengusung mobil prototipe, lain halnya dengan Cikal. Mobil ini Iebih mengedepankan urban concept. Cikal didesain dapat memenuhi tuntutan hidup bergaya modern sesuai dengan kehidupan perkotaan saat ini yang serbaprak-tis, namun tetap detail.

Dari segi bentuk, Cikal mendekati bentuk mobil nyata, yakni empat roda. Lihat saja bodinya yang memiliki panjang 2,5 meter, lebar 1,2 meter, dan tinggi 1,2 meter.

Dengan bobot 120 kg, Cikal masih terbilang ringan. Pasalnya, mobil ini dibuat dari baja aluminium untuk bagian rangkanya, sedangkan bodi dari serat karbon murni.

Dengan bobot seberat itu, Cikal mampu menempuh jarak sekitar 150 km untuk 1 liter BBM jenis Shell 95. Targetnya, dengan satu liter, mobil tersebut dapat mencapai 200 km pada lomba nanti.

Cikal dirancang dengan daya tampung penumpang hingga 190 kilogram, dan menggunakan mesin 125 cc. Mobil ini juga dilengkapi dengan pelindung kepala. Lantaran bentuknya yang imut, mobil ini dirancang hanya untuk satu orang penumpang.

hay/L-3
Ditulis oleh Haryo Brono/Koran Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar