Rabu, 17 November 2010

“Purifier” Ajaib Hasilkan Metana Kadar Tinggi

Senin, 26 April 2010 02:00    
 Sejumlah peneliti dari UGM sukses mengembangkan sebuah teknologi yang memungkinan biogas untuk menggerakkan mesin berbahan bakar bensin.

Sejumlah peneliti dari UGM sukses mengembangkan sebuah teknologi yang memungkinan biogas untuk menggerakkan mesin berbahan bakar bensin.

Hasil uji coba menunjukkan 1 meter kubik biogas dapat menggerakkan mesin bensin yang dihubungkan dengan dinamo selama 60 menit.

Hingga saat ini, masyarakat di perdesaan hanya memanfaatkan bio gas untuk keperluan memasak. Padahal, jika diolah lebih lanjut, biogas tak sekadar untuk urusan dapur, tetapi juga untuk menggerakkan mesin. Biogas memang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan pada beragam aplikasi.

Pasalnya, gas yang dihasilkan dari proses aktivitas anaerobik atau fermentasi bahan-bahan organik ini dapat digunakan untuk keperluan menghidupkan mesin, khususnya mesin berbahan bakar bensin.

Melalui proses pemurnian atau purifikasi ini, biogas bisa menghasilkan bahan bakar dengan kandungan metana tinggi.

Bahkan, bahan bakar tersebut dapat dikonversi menjadi energi listrik setelah mesin menggerakkan dinamo atau alat pembangkit.

Ambar Pertiwiningrum, dosen Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, menilai biogas yang dihasilkan dari instalasi pengolahan bahan organik (limbah) masih banyak mengandung berbagai unsur.

Bahan tersebut bisa dikatakan masih kotor untuk digunakan pada mesin. Unsur tersebut misalnya metana (CH4) dengan kadar 55 hingga 75 persen, karbon dioksida (CO2) berkadar 25 hingga 45 persen.

Selain itu, ada pula nitrogen (N2) dengan kadar 0 – 0,3 persen, hidrogen (H2) 1 – 5 persen, hidrogen sulfida (H2S) 0 – 3 persen, dan oksigen (O2) 0,1 – 0,5 persen.

Menurut Ambar, sebenarnya komposisi tersebut masih sangat variatif, bergantung pada proses fermentasi yang terjadi. Gas pada pembuangan (landfi ll) misalnya, memiliki kandungan metana sekitar 50 persen.

Padahal, jika diolah dengan instalasi pembuatan biogas, dapat menghasilkan gas metana dengan komposisi 55 hingga 75 persen. Nah, agar gas metana yang dihasilkan dapat diaplikasikan pada mesin berbahan bakar bensin, kandungan metananya harus pada angka 80 persen.

Karena itu, biogas harus bersih dari unsur pengotor yang masih tersisa, seperti air dan hidrogen sulfi da yang harus dihilangkan.

Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan kualitas pipeline, sehingga kemampuannya untuk menyalurkan bahan bakar bisa berjalan secara maksimal.

Jika pemurnian metana tidak dipenuhi, bisa membuat mesin mudah rusak, lantaran zat tadi masih mengandung kadar silokan.

Dan jika silokan bertemu api, akan membentuk endapan yang umumnya mengandung silika, kalsium dan sulfur, belerang, seng, kalsium, serta fosfor.

“Deposit tersebut sulit dihilangkan, dan kalau sampai menebal dapat merusak mesin lantaran sifatnya yang abrasif,” papar Ambar. Namun untuk membuat mesin aman dari abrasi biogas, bukanlah perkara mudah.

Mengingat saat ini teknologi purifikasi masih cukup mahal sehingga diperlukan sebuah teknologi sederhana dan murah agar masyarakat mampu mengaplikasikannya. Ini tentu saja bisa dijadikan sebagai pembuka jalan bagi program Desa Mandiri Energi.

Melalui serangkaian penelitian tim ahli dari Universitas Gifu, Jepang, bersama UGM, ditemukan alat penyaring (purifier) biogas. Alat ini mampu menghasilkan biogas dengan kemurnian metana mencapai 80 persen.

Dengan kandungan sebesar itu, nilai kalori pembakaran juga akan tinggi. Kompetitor PLN Ambar mengatakan teknologi pemurnian biogas dengan nama Gama Biogas ini selanjutnya akan dipatenkan.

Pendaftaran paten bagi sebuah teknologi, di mata Ambar memang sangat penting karena untuk melindungi teknologi tersebut agar tidak dijiplak pihak lain.

Namun, pada dasarnya, prinsip kerja alat ini, tambah Ambar, adalah memanfaatkan zeolit sebagai bahan penyerap dan karbon aktif untuk menyaring.

Zeolit akan menyerap unsur-unsur dari bahan selain metana. Bahan ini memang memiliki pori-pori berukuran kecil, sehingga mampu memisahkan molekul-molekul dan menyaringnya.

Dengan begitu, kandungan metana yang dihasilkan cukup tinggi. Selain menggunakan zeolit, Gama Biogas juga memanfaatkan karbon aktif atau arang aktif.

Karbon aktif digunakan sebagai filter untuk menjernihkan atau memurnikan molekul nonmetana, setelah dilakukan penjerapan dengan zeolit.

Meski begitu, proyek Gama Biogas termasuk menjanjikan karena bahan pembantu pemurnian, yaitu zeolit dan arang aktif, mudah didapat. Karbon aktif misalnya, dapat dilakukan dengan melakukan pembakaran kayu. Sedangkan zeolit merupakan batu kerikil yang banyak dijumpai di pegunungan dan sungai-sungai di Tanah Air.

Kendati dibutuhkan penyempurnaan, kini bahan bakar gas metana dari kotoran sapi sudah diaplikasikan pada mesin bensin.

Bahkan mesin tersebut mampu memutar generator listrik. “Inilah usaha kami untuk menciptakan Desa Mandiri Energi di Yogyakarta,” ungkap Ambar.

Hasil uji coba menunjukkan 1 meter kubik biogas dapat menggerakkan mesin bensin yang dihubungkan dengan dinamo selama 60 menit. Dan mesin tersebut dapat menghasilkan daya sebesar 1.000 hingga 1.500 per kwh.

Agar lebih mudah diaplikasikan, bersama Kebun Pendidikan, Penelitian, dan Pengembangan Pertanian (KP4) UGM, Ambar berhasil melakukan pengemasan gas.

Caranya melalui pengompresan dengan tekanan tinggi. Kini pengompresan dapat dilakukan pada tabung Elpiji berukuran 3 dan 12 kg, dengan teknologi terbaru yang lebih murah.

Biaya pengisian ke tabung yang diuji coba timnya ternyata lebih murah ketimbang pengisian oleh Pertamina.

“Kini, seperti halnya teknologi pemurnian, teknologi kompresnya juga sedang dalam tahap paten,” tutur Ambar.

Jika teknologi ini diaplikasikan untuk membangkitkan energi listrik di kawasan perdesaan, diharapkan suatu saat nanti bisa menghilangkan kebergantungan masyarakat terhadap PLN. Dan kalau sudah seperti itu, PLN pun tentu akan berpikir ulang jika berencana menaikkan tarif.
hay/L-3

 Ditulis oleh Haryo Brono/Koran Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar