Rabu, 17 November 2010

Mengukur Lateks dengan Gelombang Radio

  Senin, 04 Oktober 2010 02:00    
     
Sebagai salah satu komoditas unggulan, pengembangan kualitas karet merupakan suatu hal yang penting. Pasalnya, mutu yang baik akan menghasilkan produk yang juga baik.

   
         
  Sebagai salah satu komoditas unggulan, pengembangan kualitas karet merupakan suatu hal yang penting. Pasalnya, mutu yang baik akan menghasilkan produk yang juga baik.

Biasa nya kualitas karet ditentu kan oleh kadar karet kering (KKK) yang tinggi dengan kandungan air yang rendah. Untuk menghilangkan kadar air pada karet, cara yang biasa dilakukan adalah proses pemanasan.

Selain dapat digunakan untuk menentukan kualitas getah karet, KKK dapat dijadikan indikator untuk menilai produktivitas pohon karet. Pohon karet yang baik akan menghasilkan getah karet dengan kadar lateks yang tinggi, yaitu di atas 30 persen.

Adapun pohon karet yang buruk umumnya menghasilkan kadar lateks rendah, di bawah 30 persen dengan kadar air yang tinggi.

Menurut Kuwat Triyana, dosen Jurusan Fisika Universias Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, sejauh ini nilai KKK bergantung pada beberapa faktor, yaitu jenis klon (bibit karet), umur pohon, waktu penyadapan, musim, suhu udara, serta letak dari permukaan laut.

Sayangnya, para petani karet sering melakukan kesalahan dalam menanam dan memanen getah karet sehingga produktivitasnya menjadi rendah.

Petani kerap mengabaikan pemupukan, membiarkan alur sadap menjadi kering, dan mengukur kadar lateks secara serampangan. Akibat kesalahan-kesalahan itu, harga karet di tingkat petani menjadi rendah.

“Petani juga sering kali dirugikan karena gambaran aktual dari mutu lateks yang dihasilkannya tidak tampak,” ujar Kuwat.

Untuk menentukan harga produk, KKK per produksi penting diketahui. Selain itu, KKK dipakai sebagai standar dalam pemberian bahan kimia untuk pengolahan rubber smoked sheet (RSS) dan lateks pekat menjadi produk jadi.

Data kadar lateks yang tidak akurat akan berimbas pada mutu produk. Sejauh ini, proses untuk memperoleh kadar KKK kurang efektif. Pasalnya, untuk mengetahui kadar KKK dengan alat laboratorium diperlukan waktu hingga 12 jam.

Penge ringan dilakukan dengan cara dioven hingga air karet menguap habis. Pada prinsipnya, metode itu berupa pemisahan karet dari lateks yang dilakukan dengan cara pembekuan, pencucian, dan penge ringan.

Untuk maksud itu, diperlukan beberapa perangkat, seperti alat ge las piala 50 mililiter, mangkuk ber sih, pemanas air, desikator, timbang an analitik, dan oven. Sebagai bahan pem beku, digunakan asam asetat atau asam semut 2 persen.

Lateks di tuangkan ke gelas ukur 50 mililiter. Sebelumnya, berat getah karet di catat, kemudian dibekukan dengan asam asetat. Pada tahap selanjutnya, lateks dipanaskan pada su hu 80 derajat celcius sampai kering.

Ada pula alat mekanik dengan mesin pres bertekanan tinggi yang biasa digunakan untuk memeras karet. Alat itu akan menekan karet hingga airnya terperas mendekati kering. Tentu saja cara itu tidak dapat memberikan gambaran kadar lateks sesuai kenyataan.

Kuwat mengatakan cara tersebut tidak efektif karena hasilnya masih menyisakan kadar air yang tinggi.

“Kesalahannya bisa sampai 10 persen,” ujar dosen yang juga bekerja di Penelitian dan Pengujian Laboratorium Terpadu UGM itu. Ironisnya, semua pengukuran yang dilakukan dengan metode akurasi rendah masih disamaratakan.

Misalnya saja, produksi getah karet dari pohon yang ditanam di lokasi yang sama dilakukan dengan satu kali uji. Padahal, uji kadar lateks idealnya dilakukan satu per satu. Uji kadar lateks bukan hanya untuk mengetahui kadar lateks, melainkan pula mengetahui produktivitas pohon.

Pohon yang produk tivitasnya tinggi menandakan pohon tersebut sehat dan mendapatkan perawatan memadai.

Apabila mendapati pohon yang produktivitasnya rendah dan berpenyakit, para petani biasanya mengatasinya dengan memberi pupuk dan obat pada tanaman tersebut.

Menurut Direktur Pusat Penelitian Karet Sungei Putih, Sumatra Utara, Chairil Anwar, perkebunan rakyat di Indonesia hanya mampu menghasilkan karet 1 ton per hektare setiap tahunnya.

Tingkat produktivitas perkebunan karet rakyat Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga.

Thailand, misalnya, mampu menghasilkan karet mencapai 1,5 ton per hektare per tahun. Salah satu faktor yang menyebabkan Negeri Gajah Putih itu lebih unggul ketimbang Indonesia ialah 80 persen petani karet di negara tersebut telah menggunakan bibit unggul.

Dengan luas lahan 2,76 juta hektare, Thailand sekarang menjadi produsen karet terbesar. Rata-rata produksi karet Thailand per tahun mencapai 3,1 juta ton, sementara Indonesia hanya 2,75 juta ton per tahun.

Lantaran prihatin dengan kondisi perkaretan Tanah Air, Kuwat bekerja sama dengan Balai Besar Tanaman Getas Salatiga, Jawa Tengah, membuat alat pengukur kadar lateks.

Alat itu memiliki tingkat akurasi tinggi untuk mengukur kadar lateks ketimbang alat yang dipakai selama ini. “Alat itu pertama di dunia. Saya sudah survei ke Thailand dan Malaysia, di sana alatnya sama saja dengan yang sudah ada di sini,” kata dia.

Teknologi Sederhana Alat pengukur kadar lateks pengembangan Kuwat itu berteknologi sederhana. Prinsip kerjanya memanfaatkan gelombang radio FM.

Gelombang dengan frekuensi yang masih dirahasiakan itu akan dapat menembus cairan karet. Lantaran cairan karet bersifat isolatif atau dielektrik, banyak gelombang yang terpencar di perjalanan tidak sampai ke receiver (penerima) dan tidak dapat menembus getah karet.

Sebagai tahap awal, Kuwat membuat transmitter gelombang FM pada satu sisi. Transmitter itu ditembakkan ke cairan getah karet di wadah tipis dengan ketebalan 50 milimeter.

Di balik karet terdapat receiver yang akan menerima gelombang dari transmitter. Nilai gelombang yang diterima receiver merupakan data untuk menentukan kandungan lateks.

“Proses itu berlangsung beberapa detik saja sehingga untuk memperoleh data getah karet dari puluhan pohon di perkebunan tidak memerlukan waktu lama,” papar Kuwat.

Berdasarkan hasil empiris pengu jian getah karet dari perkebunan Salatiga, diketahui kadar lateks mencapai 20 hingga 25 persen.

Hasil itu sama setelah dilakukan pencocokan dengan mengeringkan getah karet sehingga yang tersisa hanya kadar lateks murni.

Menurut Kuwat, prinsip kerja alat tersebut seperti halnya alat seismik, georadar, ultrasonografi (USG), dan sejenisnya. Perangkatnya berupa baterai kering, transmitter, receiver, dan pengolah data dengan standar satuan tertentu.

Alat uji kadar lateks itu unggul dari sisi kecepatan, akurasi, dan bisa dibawa ke mana pun (bersifat portabel).

Berat alat hanya 0,5 kilogram dengan dimensi lebar 5 sentimeter, panjang 5 sentimeter, dan tinggi 15 sentimeter. “Alat itu lebih mudah dibawa ke perkebunan ketimbang alat yang lain,” kata Kuwat.

Lebih lanjut, Kuwat menjelaskan tingkat akurasi alat juga telah teruji. Dari hasil serangkaian pengujian dengan menggunakan getah karet dari perkebunan di Salatiga, diketahui pengukurannya relatif sama dan penyimpangan yang diperoleh sejauh ini hanya dua persen.

Pada tahapan selanjutnya, setelah proses pematenan alat itu selesai pada 2015, rencananya alat itu diproduksi secara massal.

Pasalnya, menurut Kuwat, diperkirakan banyak orang yang membutuhkan alat itu. Setiap 1.000 hektare lahan perkebunan karet dibutuhkan satu alat.

Alat itu juga diperkirakan tidak hanya dipasarkan di Tanah Air, tetapi juga ke luar negeri, terutama negara-negara produsen karet, seperti Thailand, Malaysia, Brasil, Ekuador, dan India.

Namun, sebelum menjadi produk massal, alat akan dilengkapi dengan memori dan layar untuk menampilkan data sehingga lebih canggih. Dengan adanya memori pencatatan data, data pun tidak dapat dimanipulasi.

Selain itu, cara membaca alat menjadi lebih cepat sehingga para petani dan penyadap dengan mudah memperoleh data. Dengan data yang diperoleh, tindakan untuk menangani pohon karet yang kurang produktif bisa segera diambil.
hay/L-2
Ditulis oleh Haryo Brono/Koran Jakarta

1 komentar:

  1. Terimakasih, artikelnya sangat bermanfaat, jika anda mencari Springbed / Kasur merk american yang nyaman dari lateks alami di Malang silahkan cek di sini:
    Springbed American
    Springbed American vs Central
    Springbed American Imperial
    Springbed American King
    Springbed American Pillo
    Springbed American Pillow
    Springbed American vs Bigland
    WA : 081249676477
    Springbed Malang
    Ruko Karangploso Kavling 3 C, Malang
    springbedmalang.com

    BalasHapus